4 Tips Bersikap Ketika Ditegur oleh Atasan

4 Tips Bersikap Ketika Ditegur oleh Atasan

Setiap atasan punya tanggung jawab untuk memberi peringatan atau teguran kepada bawahan yang berbuat salah. Namun, cara yang dipilih mungkin dapat berbeda-beda, tergantung pada gaya kepemimpinan masing-masing. Ada yang cenderung menegur secara halus, tapi ada juga yang mengungkapkan kekecewaan dan kekesalannya dengan penuh amarah.

Apabila Anda dipimpin oleh seorang atasan yang suka memarahi bawahan yang dia anggap mengecewakan, seperti apa biasanya Anda bersikap? Apakah melawan karena tidak terima? Menangis karena tersinggung? Atau, hanya mengiyakan tanpa menindaklanjuti ucapannya?

Nah, berikut ini tips dari Info Manis tentang bagaimana baiknya bersikap ketika ditegur atau dimarahi oleh atasan:

1. Kendalikan emosi

Jangan ikut terbawa emosi ketika atasan sedang mengomel di depan Anda. Jika ingin membela diri dan membuktikan hal yang benar, ketahuilah etikanya. Sebelum menanggapi, biarkan dulu dia selesai dengan omelannya, dengarkan dengan saksama apa yang dia katakan, dan tetaplah berpikir jernih.

Selain sebagai bentuk rasa hormat, sikap ini juga dapat mencegah terjadinya perselisihan yang tak diharapkan di tempat kerja. Ketika Anda sanggup mengendalikan emosi, maka secara tidak langsung Anda sudah “menang” dari atasan.

2. Introspeksi diri

Tidak banyak orang yang sanggup menerima sikap atasan yang memarahinya. Jangankan untuk bercermin diri, ada orang yang bahkan tidak terima walaupun hanya ditegur secara halus.

Nah, meskipun sikap atasan yang terlalu keras tak patut dibenarkan, Anda harus menjadi pihak yang lebih dewasa serta mau berbesar hati untuk tetap mengintrospeksi diri. Namun, jika ternyata memang Anda yang salah, jangan malu juga untuk mengakuinya. Yang penting Anda menyadari apa yang harus diperbaiki dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.

3. Cari teman curhat

Tersinggung dengan ucapan atasan? Itu hal yang manusiawi. Akan tetapi, dari sisi profesionalisme mungkin kurang etis jika Anda langsung mengutarakan hal tersebut kepadanya—apalagi ketika situasi masih “panas”.

Agar perasaan Anda tidak dipendam seorang diri hingga melunturkan semangat untuk ke kantor, cobalah cari rekan kerja yang dapat dipercaya untuk jadi tempat curhat. Siapa tahu dengan bercerita, beban dalam hati dan pikiran Anda menjadi lebih ringan, dan rekan kerja pun bisa menghibur serta memberi Anda solusi untuk menghadapi atasan yang sedang marah.

4. Jadikan pelajaran

Seorang atasan idealnya mampu menjadi panutan bagi karyawannya. Namun, bukan berarti setiap sikapnya pantas untuk ditiru. Jika Anda tidak setuju dengan gaya kepemimpinannya yang sering marah-marah, bahkan tanpa sebab yang jelas, maka cukup jadikan itu sebagai pelajaran.

Daripada menyimpan dendam untuk dilampiaskan kepada bawahan Anda di masa mendatang, niatkanlah bahwa Anda akan menjadi pemimpin yang berwibawa dan jauh lebih baik darinya. Ambil sisi positifnya, dan jangan tiru sikapnya yang tidak baik.




EmoticonEmoticon