Sering Gonta-ganti Helm Sebabkan Bakteri di Kulit Kepala
Kamu yang sering menggunakan ojek online tentunya sering merasa diuntungkan. Waktu perjalanan yang lebih singkat dan harganya yang tidak terlalu mahal menjadi salah satu alasan banyak orang yang lebih memilih menggunakan ojek online untuk berkegiatan. Tak dipungkiri, dalam satu hari mungkin kamu bisa menggunakan dua atau tiga ojek online untuk mengantarmu ke tempat-tempat yang dituju. Betul?
Meski dianggap sebagai salah satu solusi kemacetan, tapi rupanya ada satu hal yang sering luput dari perhatianmu. Yakni helm yang digunakan para driver ojek online. Bayangkan saja, ada berapa puluh kepala yang menggunakan helm tersebut setiap harinya, termasuk kamu?
Penggunaan helm yang berganti-ganti setiap hari atau bahkan setiap jamnya membuat masyarakat harus waspada akan pentingnya masalah kesehatan rambut mereka. Karena penggunaan helm secara terus-menerus dan juga berganti-ganti, dari driver satu ke driver lain bisa menimbulkan bahaya bakteri yang mungkin bisa saja hinggap ke kepala penumpangnya.
Saint Tiu, Principal Scientist, P&G Hair Care Asia Pacific menjelaskan bahaya bakteri yang mungkin saja bisa terjadi saat menggunakan helm yang terlalu sering.
"Bakteri ada dimana-mana, baik di udara, rambut kepala atau bahkan helm. Terutama bagi kulit kepala yang tak terawat di mana perpindahan bakteri dari helm ke kulit kepala sangat mudah," terang Saint yang ditemui kumparan (kumparan.com) di kawasan Jakarta Pusat, Senin (31/7).
"Bakteri yang tumbuh di helm juga dipengaruhi oleh suhu tubuh seseorang. Tubuh memproduksi panas dan micro organism loves heat. Jadi ada kemungkinan kalau bakteri akan tumbuh lebih cepat di helm," sambungya.
Saint juga berujar jika masyarakat terlalu cuek dengan keadaan ini, maka hal ini pun bisa menyebabkan penyakit serius yang terjadi pada kulit kepala. Munculnya kutu dianggap sebagai gejala yang paling ringan dalam kasus ini.
"Kamu akan melihat munculnya kutu-kutu berwarna putih yang menghinggapi kulit kepala. Juga adanya kemerahan di kulit kepala. Semua gejala ini bisa terjadi jika bakteri sudah tumbuh di kulit kepala,"
Dari gejala-gejala tersebut, Saint mengungkapkan jika perbedaan gejala bisa terjadi pada setiap orang tergantung dari kondisi kulit kepala orang tersebut. Tapi, siapa saja bisa merasakan gejala ini mengingat masyarakat Indonesia tinggal di negara dengan suhu tropis yang membuat produksi panas oleh tubuh semakin cepat.
EmoticonEmoticon