Viking-The Jak Tetap Indonesia. Rukun Akur Sadudulur

Viking-The Jak Tetap Indonesia. Rukun Akur Sadudulur

Rukun Akur Sadudulur

Ini pengalaman saya pribadi saat berada di Alun-alun Kabupaten Sumedang. Tepatnya sekitar tiga tahun yang lalu. Saya di Tanya oleh kakek tua, yang saya dengar Beliau adalah seniman.

"Jang (Sebutan untuk yang lebih muda dalam bahasa Sunda), kalau Suporter Persib dan suporter Persija tawuran, siapa yang kalah?"

Saya hanya bilang tidak tau sambil geleng-geleng kepala.

"Yang kalah itu Indonesia," jawab si Kakek.

"Kok bisa?" Tanya saya,

"Mau Persib, mau Persija, mau Persebaya maupun yang lainnya, mereka adalah Indonesia. 

Mereka semua mewakili Indonesia, itulah Kebhinekaan," jelas si kakek.

Kejadiaan pekan lalu seolah menjadi cambuk bagi kita, karena meninggalnya seorang suporter karena salah sasaran.

Rivalitas antara kedua belah pihak club seperti jarak pemisah. Padahal seharusnya permasalahan perbedaan itu sudah selesai sejak 28 Oktober 1928. Ingat, walaupun berbeda kita semua tetap sama.

Kang Dedi Mulyadi sebagai tokoh sunda jelas merasa khawatir atas insiden tersebut, maka dengan tegas Kang Dedi mengatakan 'segala bentuk kekerasan yang mengatasnamakan fans harus segera dihilangkan'

Karena Kalau dibiarkan, ideologi berbalut kebencian akan menjadi warisan secara turun menurun. Cukuplah sampai disini perselisan tersebut, jangan ada korban lain akibat kekerasan mengatasnamakan suporter.

Bukanlah damai itu lebih indah dari pada perselisihan dan permusuha  yang berkepanjangan. Hari ini di Purwakarta memulainya, Viking-The Jak berdamai, tidak ada lagi rivalitas dan kekerasan di mengatasnamakan suporter.

Mereka berdamai dan bergerak atas inisiasi sendiri, karena timbulnya rasa persaudaraan dan kebersamaan diantara satu dengan yang lain. Saat pertandingan didalam lapangan mungkin menjadi rivalitas. Tetapi diluar lapangan mereka tetap bersaudara.


"Suporter sejati adalah yang mempersatukan rivalitas menjadi solidaritas dalam bingkai identitas, Kebhinekaan"




EmoticonEmoticon